Bisnis kini lebih bergantung pada teknologi daripada sebelumnya. Meskipun kemajuan teknologi telah mengubah sektor-sektor, namun hal itu juga meningkatkan kerentanan terhadap berbagai jenis gangguan.
Organisasi harus tetap menjadi yang terdepan dalam tren dan taktik pemulihan bencana karena dunia menjadi semakin terhubung.
Solusi Cloud Hibrida: Kekuatan Fleksibilitas
Tren solusi cloud hybrid semakin diminati dalam pemulihan bencana. Organisasi dapat menggunakan solusi cloud hybrid untuk menciptakan keseimbangan antara infrastruktur lokal dan layanan berbasis cloud.
Metode ini tidak hanya meningkatkan skalabilitas dan efisiensi biaya, tetapi juga meningkatkan kemampuan pemulihan bencana.
Bisnis dapat memastikan kelangsungan operasional jika terjadi gangguan dengan menduplikasi data dan aplikasi utama secara mulus baik di lingkungan lokal maupun cloud.
Merangkul solusi cloud hybrid memungkinkan organisasi memindahkan beban kerja dengan cepat selama pemadaman sambil mempertahankan layanan tanpa gangguan.
Otomasi dan Orkestrasi: Respon Cepat Secara Real-Time
Otomatisasi dan orkestrasi telah muncul sebagai alat penting untuk kesiapan pemulihan bencana di dunia di mana setiap detik sangat penting.
Otomatisasi mengotomatiskan aktivitas rutin seperti pencadangan dan pemulihan data, mengurangi risiko kesalahan manusia dan mempercepat waktu pemulihan.
Sementara itu, orkestrasi menggabungkan prosedur rumit di berbagai platform untuk memberikan respons bencana yang tersinkronisasi.
Organisasi dapat mengurangi waktu henti, meningkatkan produktivitas, dan membebaskan pekerja TI untuk fokus pada tugas yang bernilai lebih tinggi dengan menerapkan otomatisasi dan orkestrasi.
Integrasi Keamanan Siber: Melindungi dari Ancaman Digital
Dunia digital dipenuhi dengan risiko siber yang dapat menyebabkan gangguan besar. Akibatnya, rencana pemulihan bencana harus diintegrasikan erat dengan perlindungan keamanan siber yang kuat.
Integrasi ini mencakup metode untuk pemantauan proaktif, identifikasi ancaman, dan respons insiden.
Menguji ketahanan sistem TI terhadap serangan siber secara berkala sangat penting untuk memastikan pemulihan yang cepat.
Lebih jauh lagi, mengajarkan staf tentang kebersihan siber dan menumbuhkan budaya kewaspadaan dapat secara drastis menurunkan kemungkinan pelanggaran yang mengakibatkan waktu henti yang lama.
Pengujian Ketahanan: Pengujian Stres untuk Kesuksesan
Pengujian ketahanan, yang juga dikenal sebagai “pengujian stres,” melibatkan penerapan simulasi bencana pada sistem TI secara sengaja untuk mengukur responsnya.
Pengujian ini membantu organisasi mengidentifikasi potensi kemacetan, mengungkap kerentanan, dan menyempurnakan strategi pemulihan bencana.
Dengan melakukan pengujian ketahanan secara berkala, bisnis dapat menyempurnakan proses mereka, memastikan kesiapan, dan membangun kepercayaan yang dibutuhkan untuk menavigasi bahkan skenario yang paling menantang.
Contoh menonjolnya adalah rencana yang dibuat oleh Bank Sentral Eropa.
Analisis Data dan Wawasan Prediktif: Mengantisipasi Bencana
Secara tradisional, pemulihan bencana bersifat reaktif; namun, pertumbuhan analisis data mengantarkan pada strategi yang lebih proaktif.
Organisasi dapat memperkirakan kemungkinan risiko dan menerapkan taktik pencegahan dengan menganalisis data dan pola masa lalu.
Bisnis dapat menggunakan analisis prediktif untuk menemukan titik lemah dalam infrastruktur mereka dan mengambil tindakan perbaikan sebelum bencana terjadi.
Strategi proaktif ini tidak hanya mengurangi dampak gangguan tetapi juga meningkatkan ketahanan operasional secara keseluruhan.
Menanggapi Survei Pelanggaran Keamanan Siber, penyusup terbukti menjadi ancaman serius bagi bisnis di Inggris. Pada tahun 2022, 39% organisasi mempertanyakan masalah dunia maya yang terkonfirmasi.
Serangan canggih dan sulit dicegah ini telah mengubah keamanan siber dari kemungkinan menjadi kenyataan. Perubahan iklim yang berbahaya telah meningkatkan permintaan akan solusi pemulihan bencana yang komprehensif yang dapat bereaksi dan bangkit kembali dengan cepat.
Penggunaan komputasi awan penting bagi operasi transformasi digital, sebagaimana diakui oleh 93% perusahaan. Seiring dengan semakin banyaknya organisasi yang mengirim data ke awan, kekhawatiran tentang keamanan data pun meningkat.
Menurut Forum Industri Cloud (CIF), semakin banyak data yang dikirimkan ke cloud, semakin tinggi pula kebutuhan akan tindakan pencegahan keamanan yang ketat.
Perusahaan harus memastikan bahwa metode pemulihan dan pemulihannya sesuai dengan harapan cloud yang terus berkembang untuk mengamankan aset vital secara efektif di tengah transformasi ini.
Mengingat statistik yang mengkhawatirkan ini, Peter Moorhead, Cyber Security CTO di Telefónica Tech, menggarisbawahi pentingnya mengadopsi solusi Disaster Recovery as a Service (DRaaS); “DRaaS tidak hanya memberdayakan bisnis untuk mengatasi ancaman keamanan siber modern dengan perlindungan data berkelanjutan, tetapi juga menyediakan keahlian, sumber daya, dan standar yang diperlukan untuk menavigasi lanskap keamanan siber yang kompleks.”
Kesimpulan: Menavigasi Ketidakpastian di Masa Depan
Masa depan pemulihan bencana akan ditentukan oleh interaksi dinamis antara teknologi, strategi, dan fleksibilitas.
Organisasi harus mengikuti tren yang terus berkembang dan membuat langkah-langkah persiapan yang lengkap karena mereka terus bergantung pada ekosistem teknologi yang kompleks.
Otomatisasi dan orkestrasi memberikan kemampuan reaksi waktu nyata, integrasi keamanan siber melindungi dari serangan digital, analisis data memungkinkan wawasan prediktif, dan pengujian ketahanan memastikan kesiapan menghadapi situasi apa pun.
Kemampuan untuk memprediksi, menanggapi, dan memulihkan diri dari bencana akan menentukan keberhasilan saat organisasi berupaya berkembang di dunia yang semakin terhubung.
Organisasi dapat mempertahankan operasinya, memelihara mereknya, dan memberikan layanan tanpa gangguan kepada konsumennya dengan selalu mengikuti tren pemulihan bencana dan merencanakan masa depan dengan cermat.